Jumat, 28 Juni 2013

71 Perwira Tinggi Suriah Menyebrang ke Turki

Dalam hitungan jam sesudah para ulama dunia menyerukan Jihad di Suriah serta  pecahnya kabar bahwa Washington akan mempersenjatai ‘para pemberontak’ dengan ‘persenjataan ringan’, ratusan anggota pasukan bersenjata Suriah membelot.
Sabtu (15/06/2013), diberitakan ada 71 orang perwira – termasuk 7 orang jenderal – membelot dan menyeberang ke negara tetangga Turki, sementara sekita 30 orang anggota unit elit khusus Damascus, Garda Republik, juga membelot beberapa jam sebelumnya.
Namun sejumlah pengamat dan tokoh-tokoh yang mendukung perjuangan pembebasan Suriah di berbagai negara, termasuk di Amerika, menyatakan bahwa perubahan cepat ini tidak semata-mata disebabkan perubahan sikap Washington. Rozalina Chomsky lewat akun twitter-nya, @rozalinachomsky, menyatakan, “Para pahlawan di Suriah akan segera mendapatkan dukungan dan ini tidak ada kaitannya dengan ‘rencana’ Obama. Terima kasih orang-orang baik di Turki!”
Yang dimaksudkan perkembangan cepat ini, menurut Rozalina Chomsky, adalah dibukanya pintu-pintu perbatasan Turki – Suriah untuk masuknya persenjataan berat bagi para pejuang yang selama ini sudah terkumpul di Turki.
Informasi tentang kemungkinan mengalirnya persenjataan dari arah Turki sudah beredar di kalangan pengamat sejak tiga pekan lalu ketika para menlu Uni Eropa menyatakan mencabut embargo senjata terhadap Suriah. Ini memungkinkan negara demi negara Eropa untuk memberikan bantuan persenjataan kepada para pejuang. Tindakan ini diprotes keras sekutu Bashar, terutama Russia, yang selama dua tahun revolusi ini tanpa tedeng aling-aling terus mengirimkan persenjataan canggih termasuk rudal S3000 kepada rezim Basyar al-Assad.

Termasuk dalam perkembangan cepat ini adalah:
  • Pada Kamis 13 Juni, pemerintahan Presiden Barack Obama mengumumkan akan mempersenjatai ‘para pemberontak’ dengan persenjataan ringan. Keputusan ini diambil sesudah berbulan-bulan desakan dari pihak oposisi agar Barat membantu persenjataan, dan sesudah dikabarkan adanya bukti-bukti rezim Basyar al-Assad menggunakan senjata kimia – sarin – dalam menumpas pejuang dan warga biasa.
  • Hari Kamis dan Jumat, 13 dan 14 Juni, para ulama berpengaruh dari berbagai negara berkumpul di Mesir dan menyerukan kepada ummat Muslim untuk berjihad dengan berbagai cara demi menolong warga Suriah, termasuk dengan mempersenjatai para pejuang.
  • Raja Abdullah dari Saudi Arabia memotong liburannya di Maroko dan kembali ke negerinya Jumat 14 Juni pagi karena berbagai perkembangan di Suriah.  Sebagaimana diketahui, dalam waktu dua bulan terakhir ini, Saudi mengambilalih peran Qatar dalam mendukung para pejuang, meski Jaysul Hurr/Free Syrian Army menyatakan bahwa belum ada bantuan yang berarti dan dapat mengubah kondisi peperangan. Hal ini terbukti dengan kenyataan di lapangan, terutama di kota Qusayr, Propinsi Homs, yang jatuh ke tangan pasukan rezim Basyar al-Assad yang dibantu ribuan tentara milisia Syi’ah Hizbullah dari Lebanon, pada akhir bulan lalu. Ratusan orang warga Qusayr dibantai oleh rezim dan Hizbullah pada saat mereka hendak melarikan diri dari kota itu ke tempat yang lebih aman.
  • Pimpinan Hizbullah, Hassan Nasrullah, berjanji di Beirut pada Jumat 14 Juni kemarin bahwa pihaknya akan terus mendukung rezim Basyar al-Assad sampai menang. Hassan menyatakan bahwa Hizbullah sadar sepenuhnya akan harga yang harus mereka bayar karena keterlibatan mereka di Suriah, namun juga bahwa Hizbullah “tidak akan tergoyahkan” dalam mencapai tujuan mereka. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Hassan menurunkan lebih dari 4000 orang pasukannya untuk mengepung dan menjatuhkan Qusayr, dan untuk berperang di Damascus. Dalam waktu tiga minggu pengepungan, sekitar 300 tentara Syi’ah Hizbullah diberitakan mati di Qusayr.
  • Washington akan mengarahkan bantuan persenjataan itu kepada Komando Tinggi Militer para pejuang yang dikepalai oleh Mayjen Salim Idris yang sudah beberapa minggu terakhir ini vokal menyerukan permintaan persenjataan berat dari Amerika dan Eropa. Bantuan sekedar senapan mesin dan RPGs tidak cukup menolong para pejuang menghadapi serangan udara rezim, demikian dinyatakan Idris. Para pejuang juga membutuhkan senjata-senjata anti-tank untuk menghadapi tank-tank Russia yang dipakai rezim Basyar al-Assad bukan saja untuk mentarget para pejuang tapi juga warga biasa dan bahkan untuk menghancurkan masjid-masjid.
“Kalau ada sekedar dukungan persenjataan, kami bisa berjuang terus dalam waktu panjang. Tapi kalau kami memperoleh cukup latihan dan senjata dan terorganisir dengan baik, saya pikir kami hanya
butuh sekitar 6 bulan untuk menjatuhkan rezim ini,” demikian Idris.
Menurut Gedung Putih, Obama melakukan pembicaraan dengan para pemimpin Inggris, Prancis, Italia dan Jerman mengenai Suriah, sebagai bagian dari persiapan KTT G8 di Irlandia Utara pekan depan. Termasuk yang dibicarakan adalah penggunaan senjata kimia oleh rezim Basyar al-Assad.*
Laporan lengkap penggunaan senjata kimia oleh rezim Basyar dapat ditemukan di laman Syrian Network for Human Rights, pada tautan ini: http://syrianhr.org/reports/syrian-network-for-human-rights-report-14-06-2013.pdf

http://hidayatullah.com
http://sahabatsuriah.com

Tidak ada komentar: