Senin, 04 Pebruari 2013, 08:34 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Gerilyawan bersenjata pada Ahad
(3/2) berusaha menyerang helikopter bermeriam di Provinsi Ar-Raqqa, tapi
anggota awak helikopter tersebut membalas dan menewaskan banyak
penyerang, kata stasiun TV pro-pemerintah.
Helikopter itu harus mendarat 15 kilometer dari Bandar Udara Militer
Ath-Thawra di daerah tersebut karena engalami kerusakan, kata TV Al-Ekhbaria.
Ditambahkannya, beberapa pria bersenjata berusaha menyerang helikopter
bermeriam itu tapi serangan mereka dipatahkan oleh tentara.
Stasiun televisi tersebut juga melaporkan bentrokan antara gerilyawan
bersenjata dan prajurit pemerintah di sekitar penjara pusat di Provinsi
Deir Az-Zour di bagian timur Suriah pada Ahad. Ditambahkannya, banyak
pria bersenjata tewas selama bentrokan itu.
Sementara itu, Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia --kelompok
pegiat yang berpusat di London, Inggris-- mengatakan kanselir di Kota
Aleppo, Ibrahim Azooz, tewas pada Sabtu oleh petempur oposisi bersama
putri dan istrinya.
Obervatorium, Ahad, menyiarkan rekaman video di laman Facebooknya
untuk memperlihatkan mayat Azooz tergeletak di satu lorong di Kabupaten
Sheikh Saeed, demikian laporan Xinhua.
Kelompok pegiat Suriah tersebut juga menyiarkan video yang
memperlihatkan gerilyawan sedang "menghukum" mati empat pria muda yang
dituduh memiliki hubungan dengan pasukan keamanan Suriah dan membunuh
seorang petempur gerilyawan.
Video lain yang disiarkan oleh Observatorium memperlihatkan beberapa
mayat sedang ditarik ke luar satu bangunan rusak. Menurut jaringan itu,
kerusakan tersebut adalah akibat dari pemboman tentara Suriah terhadap
Kabupaten Al-Ansar Ash-Sharqi di Aleppo.
Namun jejaring berita daring pro-pemerintah Suriah mengatakan
bangunan itu rusak ketika gerilyawan bersenjata berusaha menyerang satu
jet tempur Suriah dengan menggunakan roket yang tak mengenai sasaran dan
menghantam bangunan di Al-Ansari tersebut. Banyak penghuni bangunan itu
tewas. Meskipun begitu, tak satu pun dari laporan tersebut bisa
dikonfirmasi secara terpisah.
Ledakan dan serangan telah menjadi peristiwa sehari-sehari di Suriah,
yang telah dirongrong krisis selama 22 bulan. Lebih dari 60 ribu orang
dilaporkan telah tewas sementara upaya untuk mewujudkan perdamaian telah
goyah, kata PBB.
http://www.republika.co.id