Minggu, 31 Maret 2013

Jumat ‘Berita Gembira Bagi Ash-Shabirin’ di Suriah

Hari ini adalah Jumat ‘Berita Gembira bagi Mereka yang Bersabar’, demikian disepakati ribuan warga Suriah kemarin. Sekitar 10 ribu orang mengikuti polling pemilihan nama Jumat yang dilaksanakan oleh situs Revolution Suriah ini, dan mayoritas bersepakat menamainya sesuai dengan ayat suci Allah Ta’ala dalam al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 155:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”

Sejak sebelum pecahnya revolusi Suriah pada Maret 2011, hari Jumat biasanya ditandai dengan demonstrasi-demonstrasi damai menuntut reformasi dari rezim Al-Assad yang sudah bercokol lebih dari 40 tahun. Dalam waktu singkat unjukrasa-unjukrasa damai itu berubah menjadi sungai darah karena pasukan rezim langsung melakukan penembakan dan pembunuhan brutal, namun sebuah tradisi baru segera lahir di kalangan rakyat: memberi nama pada hari Jumat mereka. Sehabis tentara-tentara rezim membom dan membunuh puluhan rakyat kelaparan yang sedang antri membeli roti di Aleppo dan Idlib, misalnya, rakyat menamai hari besar mereka “Jumat Roti Berdarah.”

Hari ini adalah جمعة وبشّر الصابرين – dan kemarin sebanyak 126 orang warga Suriah syahid (dengan izin Allah) termasuk 6 wanita dan 4 anak serta 3 lelaki yang disiksa oleh tentara rezim. Sebanyak 47 orang dikabarkan menemui syahid di Damascus dan kawasan-kawasan sekitarnya; 40 di Dara’a; 12 di Aleppo; 9 di Homs; 5 di Deir Ezzor; 4 di Idlib; 3 di Hasakah: 3 di Qunaitra; dan 3 di Hama.

Termasuk di antara mereka yang tewas di Damascus adalah 15 orang di Fakultas Arkitektur di Universitas Damascus yang menjadi sasaran tembakan mortir. Pihak pertama yang mengabarkan terjadinya serangan mortir ke kampus fakultas arkitektur itu adalah stasiun TV pemerintah, yang langsung menuduh para pejuang sebagai pelakunya.

Pada bulan Januari lalu, sedikitnya 80 orang mahasiswa Universitas Aleppo di utara Suriah, menemui syahid (dengan izin Allah) saat kampus mereka dibom dari pesawat-pesawat tempur.

Termasuk yang menemui syahid (dengan izin Allah) di Dara’a adalah 12 orang pejuang.

Pertempuran ‘Goncangkan Benteng-benteng’

Pihak pejuang yang tergabung dalam Free Syrian Army (Jaysul Hurr) menolak tuduhan itu, meski benar bahwa pada Rabu 27 Maret mereka mengumumkan dimulainya pertempuran besar-besaran di ibu kota Suriah, Damascus. Mereka memberi nama pertempuran itu ‘Zalzalatul Husn’ – alias gempa bumi yang menggoncang benteng-benteng.

Setidaknya ada enam front lines dalam pertempuran besar-besaran ini, termasuk di kawasan Abbasiyah di jantung kota Damascus yang sangat dekat dengan salah satu markas militer rezim Assad. Titik ini juga dekat dengan stadion olahraga yang diubah jadi pangkalan militer dan tempat penahanan serta penyiksaan rakyat Suriah yang dicurigai mendukung revolusi.
Berbagai perkembangan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini:

-Diperkirakan jumlah pengungsi Suriah di Yordania sudah melewati angka 1 juta orang.
Jumlah warga Suriah yang tewas, terutama dari kalangan rakyat, diperkirakan sedikitnya 80 ribu orang.
-Para pejuang dilaporkan menembak jatuh sebuah pesawat kargo Iran saat hendak mendarat di Bandara Internasional Damaskus.
-Para pejuang juga berhasil menguasai penjara Al-Zargh di Dara’a dan membebaskan sekitar 1500 warga yang ditahan di situ oleh rezim.
-Para pejuang juga berhasil mengamankan proses desersi sedikitnya 170 orang tentara dan anggota pasukan rezim Assad.
-Terjadi ledakan sangat besar di sebuah komplek perumahan militer di Mazzah, Damaskus  – belum ada detil berita lainnya namun instalasi militer Mazzah adalah yang terus menerus menembakkan roket ke berbagai kawasan di sekitar Damascus yang dianggap menjadi tempat bersembunyinya mujahidin. Pada kenyataannya yang paling menderita adalah rakyat biasa dan yang hancur adalah perumahan warga.* 

Syeikh al-Buthy, Suriah dan Pentingnya Menjaga Adab


KAMIS malam (21/03/2013) sebuah bom meledak di Masjid al-Iman Damaskus Syiria. Yang mengagetkan umat Muslim sedunia, bom bunuh diri tersebut menelan korban jiwa seorang Ulama Sunni terkenal, Syeikh Sa’id Ramadhan al-Buthy. Ia meninggal di majelis ilmu, saat mengajar di dalam Masjid. Selain Syeikh al-Buthy, 42 meninggal dan 84 luka-luka termasuk cucunya, Ahmad.
Syeikh al-Buthy adalah ulama Sunni yang terkenal. Pada tahun 2012 lalu, beliau menjadi ketua Ikatan Ulama Bilad Asy Syam. Di Indonesia ia terkenal dengan karyanya Fiqhus Sirah, yang menjadi rujukan aktivis kampus. Kitab ini mengupas tentang faidah-faidah yang  dapat dipetik dari perjalanan kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, utamanya dari sisi dakwah dan mendirikan peradaban Islam.
Karena kitab ini sering dijadikan rujukan oleh aktivis Al Ikhwan al Muslimun, banyak yang menyangka bahwa beliau adalah tokoh Ikhwan, padahal bukan. Ia profil ulama yang tidak terikat organisasi atau kelompok politik apapun. Ia cenderung memposisikan diri sebagai murni pengajar. Sehingga, terkadang pernyataan-pernyataanya lebih diplomatis dan bahkan bisa multi makna.
Dalam hal pemikiran, al Buthy merupakan tokoh ulama Ahlus Sunnah  wal Jama’ah yang bermadzab Syafi’i dan aqidah Asy’ariyah, Maturidiyah, al Gha¬zali. Di masjid al-Iman itu, salah satunya ia mengajar kitab al-Hikam. Kitab tasawwuf yang ditulis oleh Syeikh Ibnu Atho’illah al-Sakandari. Ia juga menulis kitab komentar (syarh) untuk kitab al-Hikam bernama Syarh wa Tahlil Al Hikam Al ‘Atha‘iyah. Ia memang dikenal di Suriah sebagai ulama Sufi. Selain mengajar al-Hikam ia juga mengajar kitab Risalah al-Qusyairiyah – kitab tasawwuf yang terkenal. Jumlah kitab yang ditulis sekitar 60 judul kitab.
Tidak hanya itu, Syeikh al-Buthy ternyata juga pengkritik filsafat Barat. Ia menulis kitab berjudul Naqdul Auhami al-Maddiyah al-Jadaliyah. Kitab yang khusus mengkritik filsafat Materialisme Dialektik yang diajarkan oleh filsuf Barat materialis, Hegel dan Karl Marx.
Selain itu, yang cukup heboh di kalangan jama’ah Salafyi, Syeikh al-Buthy menulis kitb berjudul Salafiyyah: Marhalah Zamaniyyah Mubarakah La Madzhab Islami dan Al-La Madzhabiyyah Akhtaru Bid’atin Tuhaddidu as Syari’ah Al Islamiyyah. Meskipun begitu, lontaran kritiknya masih dalam konteks kajian ilmiah, tanpa emosi dan menggebu-gebu. Di luar konten yang diperdebatkan, cara menyajikan Syeikh al-Buthy berbahasa nasihat bukan pengadilan.
Jelas saja, tragedi berdarah di Masjid tersebut mengguncang dunia. Sekaligus menambah pedihnya konflik Suriah yang hingga kini masih menyala, belum ada tanda-tanda berhenti.
Kewafatannya meninggalkan pro-kontra di kalang kaum Muslim dunia.
Di satu pihak, Syeikh al-Buthy dianggap pendukung rezim Syiah Nusairiyah Bashar Assad. Kecaman dan makian dilontarkan untuk al-Buthy. Ia bahkan dinilai ulama Sunni yang pro rezim Syiah.
Karena itu, tragedi Masjid al-Iman disambut gembira oleh para pejuang kontra Bashar Assad yang terkenal dengan kekejamannya membantai Muslim Sunni di Suriah. Bashar adalah rezim berakidah Syiah Nusairiyah yang mendapat dukungan dari Iran. Kekejaman dan akidahnya tidak bisa dibenarkan.
Ada kabar bahwa beliau dibunuh oleh kelompok oposisi yang sangat kecewa dengan sikap al-Buthy terhadap rezim Bashar. Namun, Ketua Kesatuan Musyawarah Oposisi Ahmad Mu’adz al-Khatib mengutuk pembunuhan Syeikh al-Buthy, dan menyebut hal itu sebagai tindakan keji dilihat dari norma apapun. Ada pula spekulasi Syeikh al-Buthiy dibunuh oleh rezim Bashar sendiri agar rezim memiliki alasan untuk makin leluasa membasmi oposisi Sunni.
Di luar itu, siapapun pembunuhnya, menumpahkan darah kaum Muslimin di dalam Masjid adalah kekeliruan besar. Rasanya tidak ada Muslim yang baik yang nekat melakukan pembunuhan massal di Masjid. Masjid adalah Baitullah, tempat suci dan sakral. Berjual beli atau berbisnis saja haram dilakukan di masjid, apalagi menumpahkan darah saudara Muslim secara massal. Terlepas dari tuduhan untuk al-Buthy, siapapun yang dibunuh secara massal di masjid itu tidak ada dalih dalam agama.
Pembunuhan yang dilakukan di Masjid, apalagi menelan korban Muslim patutlah dikutuk. Jika pun Syeikh al-Buthy dalam ijtihad politiknya salah, sangat tidak beradab melakukan pembantaian di masjid. Pembunuhan di dalam masjid akan menciptakan citra buruk dalam dunia Muslim. Mujahidin rasanya tidak mungkin menabrak adab-adab Islam.
Apalagi, kabar pro atau tidaknya al-Buthy terhadap rezim Bashar masih simpang siur. Umat Muslim sedunia harus hati-hati bersikap. Sebab dikabarkan dalam situs resminya nasim al-syam dalam kolom fatwa bernomor 13060 Syeikh al-Buty menentang pembunuhan rakyat Sunni tak bersalah oleh tentara rezim Bashar Assad yang Syiah itu. [baca: Syeikh Al Buthy, Tentara dan Rakyat Suriah]
Syeikh al-Buthy telah meninggal. Ia manusia. Yang pasti memiliki kesalahan. Selama kesalahan itu masih dalam wilayah ijtihad bukan kesalahan akidah, masih bisa ditoleransi. Jika ia telah berfatwa sebagaimana dalam nomor fatwanya 13060, maka Insya Allah Syeikh al-Buthy masih dalam barisan Sunni. Tidak dapat dipungkiri memang, ada kesan kekurangtegasan al-Buthy selama ada konflik Suriah. Sehingga ada yang menilai ia diam dalam kisruh Suriah. Namun, fatwa bernomor 13060 bisa jadi adalah ijtihad al-Buthy yang dipegang sampai ia wafat. Jika demikian, maka kita tidak perlu lagi memperdebatkan pro dan tidaknya beliau. Bergembira ria dengan wafatnya al-Buthy rasanya tidak perlu. Sebab ia telah meninggal dunia. Simpang siurnya kabar ini yang harusnya kita bersikat hati-hati. Ia dikenal di dunia sebagai ulama yang memiliki otoritas. Jangan sampai kita memaki ulama. Ini bukan adab Muslim. Jika ia kafir, pasti bukan ulama. Mari kita tutup berpolemik tentang Syeikh al-Buthy.
Dikhawatirkan energi kita habis memperdebatkan dalam posisi mana al-Buthy itu. Padahal musuh besar Muslim saat ini justru Bashar al Assad yang masih dikendalikan Syiah Nusairiyah di Suriah.
Umat Islam harus kembali fokus pada kejahatan Bashar yang harus diadili, seadil-adilnya. Negeri Suriah memiliki posisi strategis dan tengah menjadi rebutan antara kepentingan Syiah dan Israel haruslah  kita bebaskan. Sebab bumi Syam ini sebagai pintu masuk pembesan Al-Quds. Karena itu, apapun yang terjadi, janganlah  kita berpecah-belah. Wallahu a’lam.
http://www.hidayatullah.com

Video Al Buthy dari Hizbullah, Audio-Visual Tidak Singkron

Syeikh Said Ramadhan Al Buthy telah wafat, tidak hanya meninggalkan karya dan banyak pendapat yang perlu dipelajari dan dikaji oleh generasi selanjutnya, namun juga meninggalkan pernyataan-pernyataan yang dinisbatkan kepada beliau yang berpotensi menimbulkan pro-kontra di masyarakat. Termasuk dalam hal ini, beberapa cuplikan video yang menayangkan Syeikh Al Buthy, yang gencar disebarkan di dunia maya pasca peristiwa pembunuhan beliau.
Dari berbagai video yang diedarkan, salah satu video yang penulis tertarik untuk menelisik dan membahas saat ini adalah video yang berasal dari kanal Wishal, yang bertajuk “Al Buthy Berharap Menjadi Jari dari Jari-jari Hasan Nashrallah”.
Dalam video itu, disuguhkan tayangan talk show, di mana seorang host menyampaikan,”Kita akan menyaksikan cuplikan untuk Buthy, dimana dia berharap menjadi jari dari jari-jari Hasan Nasharallah yang telah membunuh dengan jari-jarinya itu saudara-saudara kita di Suriah.”
Kemudian, tampillah cuplikan gambar dimana terlihat Syeikh Al Buthy berceramah dan menyampaikan, ”Aku telah mengharap menjadi bagi Allah sama dengan jari Hasan Nashrallah dan setiap jari di dua tangannya adalah pasukan. (Sedangkan-pent) Aku tidak pernah berperang, dan tidak pernah diletakkan agar aku bertahan di parit pertempuran dalam rangka berjihad di jalan Allah agar aku bisa melepas panah yang digunakan untuk menembak oleh para sahabat Rasulullah…” Dengan pengulangan kalimat, ”Sama dengan jari Hasan Nashrallah,” dua kali.
Setelah cuplikan ditayangkan, seorang syeikh pun berkomentar mengenai Syeikh Al Buthy,” Benar apa yang dikatakan Syeikh Ali Ash Shabuni mengenai dirimu. Bahwa Allah telah menyesatkanmu dengan ilmumu. Adapun aku, ini dia, sesungguhnya aku mengetahui sebelumnya bahwa engkau bukan seorang yang berilmu, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dan mereka tidak mengetahui banyak makna ilmu. Maka aku mengatakan Allah telah menyesatkanmu atas kebodohanmu. Apakah tidak layak bagimu mengatakan ‘Aku mengharap untuk menjadi jari dari jari-jari Abu Bakr dan Umar? Ataukah engkau takut Syi’ah mengkritikmu? Tidaklah sebagaimana engkau ketahui bahwa temanmu Hasan Nashrallah mengkafirkan Abu Bakr dan Umar serta mencela Aisyah? Kemudian engkau mengatakan bahwa engkau jari dari jari-jari takfiri ini atau engkau bodoh mengenai apa-apa yang ada dalam buku-bukunya. Tidakkah lebih layak bagimu membaca buku-bukunya mengenai aqidahnya, kecuali Hasan Nashrallah telah mentalak akidahnya secara umum dan terperinci. Dan betapa sayang, sungguh sayang atas laki-laki yang menyesatkan dan tersesat. Kita berdoa, kita berlindung kepada Allah darinya, dari kesesatan setelah petunjuk.”
Video Berasal dari Kanal Hizbullah
Sebelum membahas mengenai pengantar host atau pun komentar dari syeikh di atas, kita perlu membahas dulu cuplikan video tayangan Syeikh Al Buthy yang dijadikan obyek pembicaraan dalam kanal Wishal itu.
Perlu diketahui, cuplikan yang disiarkan Wishal itu bukan milik kanal itu. Namun bersumber dalam Al Manar, sebuah kanal milik Hizbullah yang berpaham Syiah. Perhatikan, logo Al Manar yang berwarna kuning terlihat samar-samar di bawah logo Al Wishal. Dan dengan kondisi yang demikian, maka ketajaman video sudah banyak berkurang dan terlihat buram hingga sulit dijadikan obyek untuk analisa.
Tidak Konsisten Antara Suara dan Mimik
Jika demikian, perlu merujuk kepada video yang lebih jelas, yakni video dari Al Manar (kilik tulisan Al Manar) asal dari video yang ditayangkan Wishal. Dalam video yang disiarkan Al Manar ini disamping lebih jelas, juga lebih panjang durasinya. Nah, di video inilah terlihat dengan jelas beberapa kejanggalan.
Nah, apa saja kejanggalan yang terlihat? Penulis menemukan ada ketidak serasian antara memimik mulut dalam visual dengan suara di beberapa tempat namun ada keselarasan di tempat lain. Dalam video Al Manar yang berdurasi 29 detik ketidak singkronan itu bisa dilihat saat di awal, yakni saat suara yang muncul berbunyi, ”Qultu hadzal amsi, kuntu atamanna an akuna indallahi musawiyan liashbik…” (Aku telah mengatakan hal ini kemarin, aku telah mengharap bagi Allah sama dengan jari…) Namun begitu masuk ke kata selanjutnya, ”Hasan Nashrallah” ada kesingkronan antara suara dan mimik, di mana obyek terlihat mengangguk.
Ketidak singkronan kembali mencolok terlihat setelah bunyi,”…mimma dharaba bihi ashabu Rasulillah Shallallahu Alaihi Wasallam.” (…dari apa-apa yang digunakan dengannya untuk menembak oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam …) Di mana ketika suara sudah terhenti, mimik obyek dalam video masih menunjukkan sedang berbicara. Bahkan ini juga terlihat jelas dalam video Wishal, meski kualitas ketajamannya gambarnya di bawah video aslinya, perhatikan di 00:47.
Memang bisa saja karena masalah teknis kadang suara terlambat atau mendahului video hingga terjadi ketidak singkronan antara audio dan visual. Namun dalam kasus yang demikian itu ketidak singkronan akan terus konsisten, jika suara di depan maka ia terus di depan, jika suara di belakang maka ia terus di belakang. Nah, yang terjadi dalam video ini, ada kesingkronan, yakni saat penyebutan “Hasan Nashrallah”, namun dalam beberapa kalimat lainnya ada ketidaksingkronan.
Penulis tidak hendak menuduh pihak manapun telah melakukan editing atau rekayasa dalam video ini. Namun penulis menyampaikan bahwa pada video ini, sejak dari asalnya, yakni kanal Al Manar sudah bermasalah. Bersambung…
Oleh: Imad Affat
Penulis pemerhati dunia Islam dan pernah berpengalaman terjemah film dokumenter Timur Tengah
http://www.hidayatullah.com

Selasa, 26 Maret 2013

Begini Cara Iran Bantu Rezim Assad yang Terus Bunuhi Muslimin Suriah



Beberapa bulan terakhir ini, Iran telah secara signifikan memberikan dukungan militer terhadap Presiden Suriah, Bashar al-Assad. Dan bersama Rusia, Iran berusaha memperkuat posisinya sebagai penghubung pemerintah dalam memperkuat posisi Bashar dalam perang ini. Demikian dikatakan sejumlah diplomat Barat.

Senjata-senjata dari Iran terus masuk ke Suriah melalui Iraq dan sekarang dikabarkan ditambah dari rute lainnya, yaitu Turki dan Libanon. Penyelundupan ini melanggar embargo senjata PBB atas Iran. Namun beberapa petinggi Irak dan Turki membantah keterlibatan negara mereka. Demikian dikutip Sahabat Suriah dari Reuters.


Jumat, 15 Maret 2013

Aljazeera: Kemana Perginya Bantuan Suriah?

Masyarakat dunia telah merespon panggilan bantuan untuk rakyat Suriah dengan menjanjikan sejumlah besar uang. Mungkin jutaan dolar bantuan tersebut bisa membantu negara ini. Namun kenyataannya tidak karena peluang bantuan-bantuan itu sampai di tangan mereka yang membutuhkan sangatlah tipis. Demikian sebuah ulasan Aljazeera.

Jum’at Ummah yang Satu, Simbol yang Satu, Perang yang Satu

Para pejuang pembebasan Suriah (Free Syrian Army/Jaysul Hurr) bersama para relawan kemanusiaan di dalam Suriah menjadikan hari Jum’at sebagai sarana memperkuat ukhuwah – lewat berbagai demonstrasi bertema khusus.

Ketika terjadi kebakaran di berbagai kamp pengungsian yang menewaskan sejumlah pengungsi Suriah, misalnya, mereka berdemonstrasi di hari Jum’at yang diberi nama “Jumat Kamp Pengungsian Maut.”
Beberapa bulan sebelumnya, ketika pesawat-pesawat tempur rezim Suriah merudal antrian penduduk yang kedinginan dan kelaparan di musim dingin saat hendak membeli roti, maka demonstrasi di hari Jum’at di beri nama “Jum’at Roti Berdarah.”

“Tentara Bashar Sembelih Anak-anak Kami, Memperkosa Semua Wanita dan Menembaki Penduduk

Hampir tanpa pemberitaan di Indonesia, pada 29 Desember 2012 lalu pasukan Bashar al-Assad menghujankan bom ke desa Deir Balbah di Homs, Suriah, dan membunuh ratusan penduduknya.
Setidaknya, 400 warga – mulai bayi hingga yang paling tua – menemui syahid hari itu. Yang lebih tidak diketahui lagi oleh kita di Indonesia yang saat itu sibuk bersiap liburan panjang adalah kebrutalan yang berlanjut.
Para aktivis yang tergabung dalam British Syrians & Friends in Solidarity with the Syrian Revolution berhasil mewawancarai seorang penduduk desa yang cedera berat karena tembakan di matanya dan di tubuhnya, namun selamat karena berpura-pura sudah mati.
 


Pengungsi Suriah Mencapai 1 Juta Orang




Pengungsi Suriah yang meninggalkan negaranya guna menyelamatkan diri dari konflik bersenjata sudah mencapai 1 juta orang, kata lembaga urusan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rabu (6/3/2013), seraya memperingatkan Suriah akan mengalami bencana besar.
Dilansir Associated Press, Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi Antonio Guterres mengatakan di Jenewa bahwa angka itu didapat dari petugasnya di lapangan yang berada di negara-negara tetangga Suriah yang menjadi tempat pengungsian warga dari perang sipil.
Angka tersebut belum termasuk pengungsi di dalam negeri Suriah dan ratusan pengungsi yang setiap hari melewati perbatasan dengan negara tetangga yang hingga kini terus mengalir. Populasi Suriah sendiri mencapai 22 juta jiwa.
Adrian Edwards, seorang jurubicara lembaga pengungsi PBB, mengatakan bahwa ratusan ribu pengungsi Suriah belum mendaftarkan dirinya sebagai pengungsi.
Sebagaimana diketahui, orang-orang yang terdaftar sebagai pengungsi memiliki hak-hak tertentu yang dijamin hukum internasional dan tidak akan dianggap pendatang ilegal oleh negara penampungnya.
Menurut Guterres, jumlah pengungsi Suriah tahun ini melonjak tajam. Mereka pergi ke negara seperti Turki, Libanon, Yordania, Iraq dan Mesir. Sejak Januari 2013, tidak kurang 400.000 orang menjadi pengungsi.
Di Libanon saja, saat ini PBB mencatat terdapat 300.000 warga Suriah yang mengungsi.
http://hidayatullah.