Peta
kekuatan revolusi Islam dan mujahidin Suriah
Jum'at,
18 November 2011 10:59:19
DAMASKUS
(Arrahmah.com) – Lebih dari 4000 warga muslim
sunni telah tewas oleh kebiadaban tentara dan kepolisian rezim Nushairiyah
Suriah. Puluhan ribu lainnya terluka parah. Korban tewas dan luka berat terus
bertambah setiap hari. Selain itu, rumah, sekolah, masjid, pasar, ladang, dan
bangunan sipil lainnya juga mengalami kerusakan parah oleh serbuan aparat
keamanan dan militer rezim Bashar Asad dengan persenjataan berat.
Meski
korban sudah demikian besar dan kebiadaban rezim Nushairiyah Suriah sudah
terpampang di depan mata setiap hari, reaksi internasional sangatlah minim.
Liga Arab memilih diam dengan kamuflase pengajuan peta perdamaian yang mandul
di lapangan. Kekuatan Syiah Imamiyah Republik Iran dan Lebanon yang memendam
kebencian berabad-abad kepada umat Islam ahlus sunnah wal jama’ah secara jelas
memberikan dukungan politik, ekonomi, militer, dan intelijen kepada rezim
Nushairiyah Suriah, karena faktor kesamaan ideologi Syi’ah ekstrim.
Tak
diragukan lagi, kokohnya rezim Suriah amat penting bagi Israel dan Barat. Rezim
Nushairiyah Suriah adalah pagar betis dan ‘ penjaga’ terdepan yang akan
menghadang setiap upaya umat Islam ahlus sunnah di Suriah untuk mendukung
perjuangan rakyat Palestina. Dengan tetap bercokolnya rezim Suriah, kekuatan
zionis Yahudi akan leluasa menghantam perlawanan perjuangan muslim Palestina.
Keruntuhan rezim Nushairiyah Suriah berarti terbuka lebarnya bantuan personil,
makanan, obat-obatan, dan persenjataan bagi umat Islam Palestina. Hal itu jelas
alarm bagi keruntuhan negara zionis Yahudi, suatu tragedi yang jelas akan
dihalang-halangi oleh Amerika, Barat, Rusia, dan negara-negara kafir lainnya.
Jelaslah
bahwa pembebasan bumi Islam Palestina dari cengkeraman zionis Yahudi era
kaitannya dengan pembebasan bumi Suriah dari rezim Nushairiyah Suriah. Dari sini,
revolusi umat Islam ahlus sunnah Suriah memiliki urgensi yang sangat luas dan
jangka panjang bagi kemerdekaan kaum muslimin dari belenggu imperialisme zionis
dan salibis internasional yang dikomandoi oleh Amerika Serikat dan NATO.
Revolusi umat Islam ahlus sunnah Suriah juga menjadi benteng penting bagi
membendung invasi ideologi, politik, ekonomi, dan militer agama Majusi-Syi’ah
ekstrim (Syiah Imamiyah), yang dikomandoi oleh Republik Syiah Imamiyah Iran dan
kini telah mendominasi Irak (pemerintahan boneka Irak pro-Barat), Lebanon
(Syiah Imamiyah gerakan Hizbullah dan Droz), Suriah (rezim Nushairiyah), serta
mulai menancapkan dominasinya di Arab Saudi, Yaman, dan Bahrain.
Begitu
urgennya posisi revolusi Islam Suriah saat ini, sehingga dunia internasional berkonspirasi
untuk menghancurkannya. Amerika, NATO, dan Barat mendiamkannya, dengn kamuflase
sesekali meneriakkan kecaman di media massa sekedar ‘hiburan’ untuk konsumsi
public. Negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab tunduk kepada rencana
tuan besar Amerika dan Barat, bersikap ‘agak’ peduli dengan sesekali mengecam
dan mengeluarkan proposal jalan damai. Hanya itu, tidak lebih. Lebanon, Iran,
dan Rusia secara berkelanjutan mengirimkan dukungannya kepada rezim Nushairiyah
dalam wujud bantuan ekonomi, personil dan peralatan militer, dan dukungan
politik.
Tidak
ada harapan bagi umat Islam ahlus sunnah di Suriah, selain kepada Allah SWT,
kemudian mengandalkan persatuan dan kesetia kawanan mereka sendiri, dalam
menghadapi konspirasi internasional ini. Seberapa besar kekuatan demostran
rakyat sipil dan pejuang Suriah? Tentu bukan hal yang mudah menjawab pertanyaan
ini. Seorang koresponden dari pihak revolusioner Suriah menuliskan sebuah
artikel singkat, untuk memberi gambaran singkat peta kekuatan revolusi rakyat
dan pejuang di Suriah. Berikut ini terjemahan artikel tersebut.
***
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saudara-saudaraku yang tercinta dan
mahkota kepalaku, para mutiara ketegaran yang bercahaya dan lilin yang
menerangi…
Saya persembahkan kepada kalian
sebuah bahasan yang sangat urgen bagi siapa saja yang ingi mengetahui hakekat
konflik yang tengah berlangsung di Suriah.
Saya membagi bahasan ini sesuai
urgensinya dan saya akan menjelaskannya secara singkat, karena bahasan yang panjang
seringkali membosankan dan pembacanya tidak mampu mengambil manfaat yang
berarti darinya.
Saya mulai dengan menyebut nama
Allah.
Perang yang sedang berlangsung di
Suriah saat ini terdiri dari dua pihak utama, yaitu:
Pertama, ahlsu sunnah wal jama’ah
Kedua, Nushairiyah dan orang-orang yang memberikan loyalitas
kepadanya
Sekalipun sebagian pihak berusaha
untuk mengingkari faktor golongan ini, namun realita menunjukkan ini adalah
perang antara kedua golongan, sejak dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Untuk mengetahui kelompok selain
ahlus sunnah, saya akan menyebutkannya dengan sangat singkat.
Pertama, Nushairiyah
Inilah kelompok yang paling
berbahaya, karena memegang tampuk kekuasaan dan mengendalikan seluruh potensi
negara. Nushairiyah dinisbahkan kepada pendirinya, Muhammad bin Nushair
an-Numairi (catatan: Arrahmah.com telah mempublikasikan empat artikel
bersambung tentang kelompok Nushairiyah, edt).
Jumlah mereka di Suriah sekitar 12 %
dari keseluruhan penduduk Suriah, sedangkan ahlus sunnah mencapai 74 % dari
keseluruhan penduduk Suriah.
Mereka berada di pegunungan
Alawiyyin di pesisir Suriah, juga di propinsi Ladzikia, Thartus, dan dataran
tinggi Golan. Mereka juga memiliki anggota yang cukup besar di Turki, dan
pengikut yang sedikit di Lebanon, Irak, dan Palestina.
Kelompok najis ini adalah kelompok
yang memegang kekuasaan di Suriah, berkat bantuan penjajah Perancis, setelah
kekalahan yang dialami oleh orang-orang Turki Utsmani (dalam Perang Dunia I,
edt). Turki Utsmani-lah yang pernah menimpakan kekalahan besar atas kelompok
Nushairiyah. Penjajah salibis Perancis membagi-bagikan kekuasaan negara Suriah
kepada kelompok Nushairiyah sehingga mereka bisa merampas kekayaan negara.
Hal yang sangat berbahaya, negara
memberikan kepada kelompok Nushairiyah tanah-tanah di sekeliling kota Himsha
(Homsh), sehingga sekitar satu juta orang Alawiyyin (Nushairiyah) menempati
wilayah tersebu, lalu pada waktu belakangan berhasil membangun sejumlah proyek
militer dan ekonomi. Mereka menjadikan wilayah tersebut sebagai calon ibukota
negara mereka jika mereka telah berhasil merebut kekuasaan negara.
Program mereka ini membuat keadaan
di Himsha menjadi sangat sulit. Kaum muslimin Himsha kemudian menyadari
konspirasi jahat kelompok Nushairiyah ini, namun waktunya sudah sangat
terlambat. Mereka mulai membeli tanah-tanah di belakang rumah orang-orang
Nushairiyah. Sayangnya, mereka tinggal di daerah lain dan tidak menempati
tanah-tanah tersebut.
Dari sini lahirlah pemikiran Salafi
di propinsi Himsha, terkusus lagi di wilayah Bab Siba’ yang berada di
tengah-tengah kota. Hal yang sama terjadi di wilayah Khalidiyah, Bab Amru,
Talbisah, dan Ristan. Propinsi Himsha merupakan pusat kekuatan kelompok najis
Nuhsairiyah. Oleh karenanya, rezim Nushairiyah Suriah dengan dukungan langsung
penduduk Nushairiyah di propinsi ini melakukan serangan berat terhadap penduduk
ahlus sunnah. Penduduk Nushairiyah yang menetap di propinsi Himsha sejak lama
telah dipersenjatai oleh rezim Asad, dan kini mereka dipergunakan untuk
memerangi para demonstan ahlus sunnah.
Kedua, kelompok Nashrani
Mereka berjumlah sekitar 10 % dari
keseluruhan penduduk Suriah. Mereka terdiri dari kelompok Kristen Ortodoks,
Katholik Roma, Kristen Maronit, dan Kristen Protestan. Mereka tidak memiliki
kekuatan politik dan organisasi yang berarti di Suriah. Jumlah mereka sekitar
satu setengah juta orang, dan mereka selalu loyal kepada rezim Asad baik secara
lahir maupun batin. Sekitar satu juta di antara mereka adalah penganut Kristen
Ortodoks, dan sisanya menganut aliran Kristen lainnya. Mereka berada di
propinsi Damaskus, Halb (Alepo), Haskah, Sahl Ghab, dan sebagian wilayah aliran
sungai Eufrat. Mereka adalah orang-orang yang mengejar keuntungan belaka, dan
sejak beberapa waktu yang lalu sebagian mereka mulai meninggalkan Suriah karena
khawatir atas kepentingan mereka.
Ketiga, Syiah Ismailiyah
Pusat kekuatan mereka berada di kota
Sulamiyah dan sebagian pedesaan Thartus. Mereka loyal kepada rezim Nushairiyah
karena faktor kedekataan akidah antara sekte Syiah Ismailiyah dan Nushairiyah.
Keempat, Droz
Mereka menempati kota-kota dan
pedesaan di propinsi Suwaida’. Jumlah mereka sekitar 300.000 orang. Mereka
loyal kepada rezim Nushairiyah dan memegang jabatan sebagai para komandan pada
beberapa battalion militer Suriah.
Kelima, Syiah
Mereka adalah para infiltran dalam
masyarakat Suriah. Pemerintahan penjahat Iran dan Lebanon telah membackingi
penyebar luasan ajaran Syi’ah. Mereka tidak mendapatkan tanah yang subur bagi
agama mereka di Suriah, selain di beberapa pedesaan dan pada diri orang-orang
bodoh.
Jumlah mereka tidak lebih dari
80.000 orang. Mereka mengeluarkan banyak uang untuk merekrut pengikut. Mereka
bahkan berani membayar 10.000 dolar kepada setiap orang yang mau memeluk agama
rusak mereka tersebut. Mereka tidak memiliki kekuatan yang berarti, selain
kaitan erat dengan rezim Nushairiyah Suriah, Hizbul Laata (plesetan dari
Hizbullah Lebanon, edt), dan Iran.
***
Kesimpulannya
Saudara-saudara kalian di Suriah
saat ini berada dalam kondisi jihad dan ribath fi sabilillah
Mereka melawan rezim jagal yang
biadab yang didukung oleh bala tentaranya dan antek-antek kejinya
Mereka juga menahan laju perluasan
imperium Shafawi Alawi (Syi’ah Imamiyah) Majusi (Iran, edt)
***
Peta kekuatan mujahidin di Suriah
Propinsi Himsha
Saudara-saudara kalian di propinsi
Himsha, terkhusus orang-orang yang bertempur, mencapai 7000 orang, mereka
tergabung dalam brigade Khalid bin Walid yang membawahi beberapa regu jihad.
Mayoritas mereka berakidah salaf. Sebagian kecil di antara mereka adalah
orang-orang Sufi yang membantu mujahidin, demi membalas kebiadaban rezim
Nushairiyah, dan sebagian mereka memeliki keberanian bertempur. Sisanya adalah
masyarakat awam.
Propinsi Idlib, Jisr Syughur,
kota-kota dan pedesaannya
Saya tidak memiliki info tentang
mujahidin di kedua propinsi tersebut. Namun sebagian kawan memberitahukan
kepada saya bahwa ikhwah yang berakidah salaf-lah yang mengendalikan
pertempuran melawan rezim Nushairiyah di kedua propinsi tersebut.
Propinsi Damaskus dan daerah
pinggirannya
Di sana terdapat beberapa brigade
dan regu jihad. Di antaranya regu Mu’awiyah bin Abi Sufyan, regu Abu Ubaidah
bin Jarah, dan lain-lain.
Di wilayah Dauma, pemikiran salafi
berkembang pesat sebelum revolusi terjadi. Para wanita muslimah memakai baju
kurung yang lebar dan memakai cadar. Terdapat para mujahid yang mengangkat
kepala melawan rezim Nushairiyah.
Hal yang sama terjadi di wilayah
Harasta, Kiswah, dan Qadam.
Adapun wilayah Maidan merupakan
jantung kota Damaskus yang terus berdenyut, dan merupakan wilayah penduduk asli
Suriah.
Demonstrasi-demonstrasi di wiayah
Damaskus diikuti oleh para penduduk asli Damaskus. Adapun sisa penduduk lainnya
adalah para pendatang yang meninggalkan kota-kota mereka dan mengejar
keuntungan belaka.
Wilayah Dier Zur, Qauriyah, Mayadin,
dan Bukmal
Mereka adalah penduduk yang paling
dekat dengan kelompok Salafi Jihadi, karena faktor perang Irak.
Di wilayah Dier Zur terdapat brigade
Umar bin Khathab yang terdiri dari beberapa regu tempur.
Di wilayah Bukmal terdapat brigade
Allahu Akbar yang terdiri dari beberapa regu tempur.
Wilayah-wilayah ini menerima
kehadiran ribuan mujahid dan pelaku bom syahid (dari berbagai negara), dan
penduduknya membantu para mujahid tersebut memasuki wilayah jihad di Irak.
Selama masa persinggahan ribuan
mujahid tersebut di wilayah-wilayah ini, mereka mengajarkan pemahaman salafi
jihadi kepada penduduk setempat.Wilayah ini melahirkan banyak mujahidin yang
bergabung dengan operasi mujahidin di propinsi Anbar, Irak.
Jumlah tenaga petempur di
wilayah-wilayah ini sekitar 5000 orang, dan lebih dari 95 % mereka adalah
pengikut aliran salafi jihadi. Sisanya masih bertempur karena faktor keberanian
dan keksatriaan. Para ikhwah salafi jihadi di sana terus-menerus mengarahkan
dan membimbing mereka.
Propinsi Dir’a
Para revolusioner di propinsi ini
masih beragam dan bercampur aduk. Sebagian mereka salafi, sebagian lainnya
nasionalis, dan sisanya karena faktor kesukuan. Namun yang adil adalah
menyatakan bahwa mereka adalah para ksatria, dengan makna yang sebenarnya.
Propinsi Himah
Di sana terdapat brigade Abu
al-Fida’. Mayoritas para petempur di propinsi ini mengikuti pemikiran lama
kelompok Ikhwanul Muslimin.
Tentara pembelot
Bagi yang bertanya tentang tentara
merdeka (al-jaisy al-hurr, tentara yang membelot dan memihak kepada revolusi
rakyat, edt), saya katakan ia adalah tentara yang menganut nasionalisme. Jumlah
mereka terbatas di beberapa wilayah saja, dan inti perlawanan adalah
brigade-brigade mujahidin yang telah saya sebutkan posisi-posisinya.
Saudara-saudara kita di Suriah saat
ini tidak memiliki pilihan selain bekerjasama dengan setiap pihak (rakyat
sipil, mujahidin, dan tentara pembelot, edt) yang berusaha untuk menjatuhkan
rezim Nushairiyah Suriah, dengan syarat tidak membahayakan mereka,
pemimpin-pemimpin mereka, dan kelurusan akidah mereka.
(muhib al-majdi/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar