Dibutuhkan
waktu berbulan-bulan bagi Amerika, Inggris dan berbagai negara Barat
lainnya untuk mengakui kebenaran pernyataan warga Suriah bahwa rezim
Bashar al-Assad menggunakan senjata-senjata kimia terhadap rakyatnya
sendiri. Bahkan PBB pun sampai minggu lalu masih menyatakan bahwa mereka
masih membutuhkan bukti sebelum bertindak dan mengirimkan tim
investigasi ke Suriah – yang tentu saja ditolak oleh Bashar al-Assad.
Baru kemarin, Sabtu 13 April 2013, salah satu media Inggris, The Times of London, melaporkan
bahwa benar Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia untuk membunuhi
rakyatnya, sesudah dilakukannya operasi menyelundupkan ‘sampel tanah
Suriah’ ke Inggris untuk diteliti para ilmuwan Inggris.
Harian itu mengutip sumber-sumber pertahanan Inggris yang tidak
disebut namanya yang mengatakan, “sejenis senjata kimia” dipakai di
Suriah tapi tidak bisa memastikan apakah digunakan oleh rezim Bashar
atau oleh para pejuang.
Penggunaan WMD (Weapons of Mass Destruction) berupa senjata
kimia ini dipastikan oleh instalasi riset kimiawi dan biologi milik
Kementerian Pertahanan Britania di Porton Down, Wiltshire.
Sudah 100 Ribu
Sementara itu, berbagai sumber pemberitaan para pejuang pembebasan
dan pihak oposisi Suriah kini mulai meletakkan jumlah korban kekejaman
rezim Bashar al-Assad di angka 100 ribu. Sampai bulan lalu, mereka hanya
mengatakan “di atas 70 ribu” sama seperti yang dilakukan oleh PBB.
Termasuk dalam angka kematian itu adalah seorang wanita dan dua anak
yang tewas di Aleppo kemarin, Sabtu 13 April, ketika pasukan rezim
Bashar al-Assad menjatuhkan dua bom gas beracun ke kota Afrin di
propinsi itu.
Menurut Rami Abdurrahman, kepala Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris, sejumlah saksi mengatakan bahwa bom-bom itu dijatuhkan dari sebuah helikopter tentara Bashar al-Assad.
Sebanyak 16 orang luka-luka karena bom gas yang sama, dan mereka
dibawa ke rumah sakit dalam keadaan “berhalusinasi, muntah-muntah,
mengeluarkan lendir yang banyak dan merasa mata mereka terbakar.”
Sementara itu, tim pakar PBB saat ini masih berada di Cyprus menunggu
“izin” masuk Suriah dari pemerintahan Bashar al-Assad untuk
menginvestigasi setidaknya tiga tuduhan penyerangan dengan senjata kimia
– termasuk satu serangan yang menurut rezim adalah yang dilakukan oleh
para “pemberontak.” *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar