Senin, 09 Januari 2012

Suriah Diminta Segera Hentikan Kekerasan




            Kairo-Suriah didesak segera menghentikan kekerasan terhadap pengunjuk rasa dan memberikan keleluasaan  tim pemantau Liga Arab dalam menjalankan misinya. Desakan ini merupakan hasil pertemuan menteri luar negeri anggota Liga Arab yang dilangsungkan di Kairo, Mesir, pada Ahad (8/1) lalu, bersamaan dengan tewasnya sepuluh orang termasuk dua orang remaja.
            Organisasi ini juga berharap kelompok bersenjata yang melakukan perlawanan  terhadap pemerintahan Presiden Bashara al-Asad  bisa menahan diri. Dengan demikian, korban jiwa tak lagi bertambah banyak. PBB melaporkan lebih dari 5000 orang kehilangan nyawa. Perdana Menteri Qatar Syekh Hamad bin Jasim bin Jabr al-Thani mengatakan, pertemuan memutuskan untuk tak meminta bantuan PBB.
            Ia beralasan, meski anggota Liga mengizinkan masuknya orang-orang PBB, tapi diyakini Suriah tak akan mengizinkan mereka masuk. Sebagai gantinya, Liga Arab meminta bantuan sejumlah pakar PBB memberikan pelatihan kepada anggota pemantau di di Kairo sebelum mereka berangkat ke Suriah. “Tapi keberhasilan misi memang tergantung Pemerintah Suriah,”kata Thani.
            Ini maknanya, Suriah bersedia menahan diri dan mengurangi korban jiwa, menarik pasukannya dari kota-kota besar, dan memberikan ruang bagi para jurnalis untuk bekerja dan memasuki negara itu. “Kami menginginkan unjuk rasa berjalan secara damai tanpa dihantui tembakan penembak jitu,”ujarnya.
            Sebanyak 165 pemantau masih melakukan tugasnya di Suriah dan membutuhkan jaminan kebebasan dari rezim Asad. Mereka memantau apakah Suriah benar-benar menjalankan peta damai yang diteken bersama Liga Arab pada 19 Desember lalu. Diantaranya, menarik senjata berat, seperti tank dari kota, membebaskan semua tahanan politik, dan mengizinkan masuknya kelompok HAM dan jurnalis asing.
            Seorang aktivis Suriah di Kairo, Thaer al-Nashef, menegaskan, pemerintahnya mengelabui pemantau dan mereka tak mampu berbuat apa-apa guna mengakhiri krisis politik. Jalan satu-satunya adalah membawa masalah ini ke Dewan Keamanan PBB.
            Namun, Sekjen Liga Arab Nabil Al-Araby menyatakan, pemantau akan meneruskan misinya selama sebulan. Ia mengabaikan kritik para aktivis bahwa tim pemantau mandul.
            Sekitar 50 orang berunjuk rasa di depan hotel tempat pertemuan berlangsung.  Mereka menyerukan,”Turunlah Bashar”. Mereka mengkritik sikap lembek Liga Arab terhadap Asad.
            Kelompok oposisi berharap, kegagalan misi Liga Arab dapat membuka jalan bagi intervensi militer asing seperti yang terjadi di Libya. Republika selasa,10/1/2012. Ap/reuters/c22 ed:ferry kisihandi.

Tidak ada komentar: