Kairo-Suriah didesak segera
menghentikan kekerasan terhadap pengunjuk rasa dan memberikan keleluasaan tim pemantau Liga Arab dalam menjalankan
misinya. Desakan ini merupakan hasil pertemuan menteri luar negeri anggota Liga
Arab yang dilangsungkan di Kairo, Mesir, pada Ahad (8/1) lalu, bersamaan dengan
tewasnya sepuluh orang termasuk dua orang remaja.
Organisasi ini juga berharap
kelompok bersenjata yang melakukan perlawanan
terhadap pemerintahan Presiden Bashara al-Asad bisa menahan diri. Dengan demikian, korban
jiwa tak lagi bertambah banyak. PBB melaporkan lebih dari 5000 orang kehilangan
nyawa. Perdana Menteri Qatar Syekh Hamad bin Jasim bin Jabr al-Thani
mengatakan, pertemuan memutuskan untuk tak meminta bantuan PBB.
Ia beralasan, meski anggota Liga
mengizinkan masuknya orang-orang PBB, tapi diyakini Suriah tak akan mengizinkan
mereka masuk. Sebagai gantinya, Liga Arab meminta bantuan sejumlah pakar PBB
memberikan pelatihan kepada anggota pemantau di di Kairo sebelum mereka
berangkat ke Suriah. “Tapi keberhasilan misi memang tergantung Pemerintah
Suriah,”kata Thani.
Ini maknanya, Suriah bersedia
menahan diri dan mengurangi korban jiwa, menarik pasukannya dari kota-kota
besar, dan memberikan ruang bagi para jurnalis untuk bekerja dan memasuki
negara itu. “Kami menginginkan unjuk rasa berjalan secara damai tanpa dihantui
tembakan penembak jitu,”ujarnya.
Sebanyak 165 pemantau masih
melakukan tugasnya di Suriah dan membutuhkan jaminan kebebasan dari rezim Asad.
Mereka memantau apakah Suriah benar-benar menjalankan peta damai yang diteken
bersama Liga Arab pada 19 Desember lalu. Diantaranya, menarik senjata berat,
seperti tank dari kota, membebaskan semua tahanan politik, dan mengizinkan
masuknya kelompok HAM dan jurnalis asing.
Seorang aktivis Suriah di Kairo,
Thaer al-Nashef, menegaskan, pemerintahnya mengelabui pemantau dan mereka tak
mampu berbuat apa-apa guna mengakhiri krisis politik. Jalan satu-satunya adalah
membawa masalah ini ke Dewan Keamanan PBB.
Namun, Sekjen Liga Arab Nabil
Al-Araby menyatakan, pemantau akan meneruskan misinya selama sebulan. Ia
mengabaikan kritik para aktivis bahwa tim pemantau mandul.
Sekitar 50 orang berunjuk rasa di depan
hotel tempat pertemuan berlangsung.
Mereka menyerukan,”Turunlah Bashar”. Mereka mengkritik sikap lembek Liga
Arab terhadap Asad.
Kelompok oposisi berharap, kegagalan
misi Liga Arab dapat membuka jalan bagi intervensi militer asing seperti yang
terjadi di Libya. Republika selasa,10/1/2012. Ap/reuters/c22 ed:ferry
kisihandi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar